1. Kenaikan
harga barang dapat bersifat sementara atau berlangsung terus-menerus. Ketika
kenaikan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama dan terjadi hampir pada
seluruh barang dan jasa maka gejala ini disebut inflasi. Jadi, kenaikan harga
pada satu atau dua jenis barang tidak dapat dikategorikan sebagai inflasi.
Contohnya:
Harga barang dapat di katakana naik jika harganya menjadi tinggi dari harga
sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu lalu, sedangkan
pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari minggu
kemarin.jika harga BBM naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok menjadi
naik ini baru bisa disebut inflasi.
2. Inflasi memiliki
dampak positif dan negative itu
tergantung parah atau tidaknya. Karna inflasi dibagi menjadi 4 inflasi
yaitu inflasi ringan,sedang,berat dan hiperinflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan mendorong
orang untuk investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu ketika
terjadi inflasi tak terkendali, keadaan perekonomian menjadi kacau. Orang
menjadi tidak bersemangat kerja.
Bagi orang yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha tidak dirugikan dengan adanya inflasi. dan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Bagi orang yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha tidak dirugikan dengan adanya inflasi. dan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Jadi,
inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif ,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan tapi bagaimana inflasi itu terjadi karna ada beberapa tingkatan
inflasinya .
3. Lima faktor yang dapat mempengaruhi investasi dalam
perekonomian suatu Negara, diantaranya :
1)
Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs
dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai
tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara
dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Dengan melemahnya nilai tukar mata
uang Indonesia akhir-akhir ini menandakan lemahnya kondisi untuk melakukan
transaksi luar negeri baik itu untuk ekspor-impor maupun hutang luar negeri. Terdepresiasinya
mata uang Indonesia menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan
dilanda krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata uang domestik.
Pembicaraan mengenai penentuan kurs
valuta asing sekarang ini semakin banyak diperdebatkan. Jika dilihat dari sudut
pandang pendekatan moneter, para ekonom pada umumnya melihat kurs valuta asing
dipengaruhi oleh variabel fundamental ekonomi antara lain jumlah uang beredar,
tingkat output riil dan tingkat suku bunga (Mac Donald dan Taylor, 1992,4).
Sementara itu Tucker et.al (1991) menambahkan variabel inflasi dalam model
tersebut.
2)
Pengaruh Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang.
Inflasi mengakibatkan berkurangnya
tabungan domestik yang merupakan sumber dana investasi bagi negara-negara yang
sedang berkembang, berdampak pula pada defisitnya neraca perdagangan dan
meningkatnya nilai utang luar negeri (algifari : 2000). Secara garis besar
fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang
terjadi pada berbagai variabel ekonomi mikro.
Apabila jumlah uang beredar di
masyarakat meningkat akan menyebabkan para pelaku usaha maupun perusahaan –
perusahaan lebih mudah mendapatkan dana melalui perbankan daripada melalui
pasar modal. Hal ini disebabkan supply dana yang meningkat akan menyebabkan
meningkatnya alokasi kredit atau pinjaman dari sector perbankan kepada dunia
usaha sehingga para pelaku lebih mudah mencari dana melalui sector perbankan.
Oleh karena itu dengan semakin menurunnya minat para pelaku usaha maupun
perusahaan -perusahaan dalam mencari dana di pasar modal akan menyebabkan pasa
modal menjadi tidak menarik lagi bagi investor. Dengan demikian jumlah uang
yang beredar akan memberi pengaruh negatif terhadap investasi saham di Bursa
Efek Jakarta (BEJ).
3)
Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Apabila tingkat bunga naik, maka
investor saham akan menjual seluruh atau sebagian sahamnya untuk dialihkan ke
dalam investasi lainnya yang relatif lebih menguntungkan dan bebas resiko,
akibatnya indeks akan turun. Sebaliknya bila tingkat bunga turun, maka
masyarakat akan mengalihkan investasinya pada saham yang relatif lebih profitable
dan akibatnya indeks akan naik. Dengan demikian tingkat bunga akan memberikan
pengaruh negatif terhadap indeks saham.
4)
Pengaruh Infrastruktur
Seperti dilakukan banyak negara di
dunia, pemerintah mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan modalnya
di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber energi listrik,
sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan
dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Melihat perkembangan makro-ekonomi
saat ini, terutama memperhatikan kecenderungan penurunan tingkat bunga.
Pembangunan kembali infrastruktur
tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah
dalam rangka menanggulangi krisis. Pembangunan infrastruktur akan menyerap
banyak tenaga kerja yang selanjutnya akan berpengaruh pada meningkatnya gairah
ekonomi masyarakat. Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai
oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.
5)
Faktor-faktor
Sosial Budaya
Contoh faktor sosial budaya ini misalnya selera masyarakat
terhadap makanan. Orang Jawa pedalaman misalnya lebih senang masakan yang manis
rasanya, sementara masyarakat Jawa pesisiran lebih senang masakan yang asin
rasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar